Huh...Akhirnya dengan susah payah saya selesaikan juga melahap novel rocommended ini. Baru kali ini rasanya saya menamatkan novel yang menurut saya bagus dalam jeda behari-hari. Tentu bukan karena cerita yang tidak menarik, tapi karena sesuati di luar sana yang nyaris merenggut hobi dan kesenangan saya. Hari-hari yang habis ditelan ragam kesibukan.
Bagi anda yang sudah membaca cerita 5 orang santri di Pondok Madani, tentu tak asing dengan sosok Alif Fikri. Tokoh sentral dalam cerita Negeri 5 Menara. Nah, tentu anda penasaran bagaimana liku-liku Alif setelah tamat dari PM? Novel kedua dari trilogi ini wajib anda baca: Ranah 3 Warna.
Setelah membaca novel ini, semangat saya benar-benar kembali menyala. Semangat untuk segera menyelesaikan pendidikan, semangat untuk menulis, semagat berkarya lebih,semangat melanglang buana keliling dunia dan tentu semangat untuk menemukan pasangan hidup. ehm...
Jika di seri pertama, kita dibakar oleh mantra sakti Man Jada wa Jadda, Siapa yang besungguh-sungguh, akan berhasil. Ternyata, mantra ini saja tidaklah cukup mejadi pelecut dan penawar untuk menggapai cita dan keinginan. Ada satu mantra lagi yang tak bisa dan tak mungkin dilupakan untuk menginjakkan kaki di puncak kesuksesan. Apakah dia?
Ya...Man shabra Zhafira. Siapa yang bersabar aka beruntung. Yup, sabar. Betapa sabar telah lama menguap dari hari-hari kita. Sabar tak lagi menjadi alat pengendali dari nafsu dan syahwat yang terus membabi buta. Sabar tak lagi menjadi senjata saat usaha telah disasarkan. Sabar tak lagi utuh sebagai mata tombak keberhasilan.
Dalam kisah ini, kita diajarkan tentang makna sabar lebih dalam. Bagaimana Alif harus kembali berjibaku dan berjuang maati-matian untuk mengikuti ujian persamaan dan mengikuti UMPTN. Padahal dia adalah lulusan PM yang hampir tak ada alumninya yang mengikuti UMPTN. Karena mata pelajarannya amatlah berbeda dengan SMA yang memang dipersiapkan ke PT.
Kita juga disuguhi bagaimana perjuangan Alif selama kuliah di Bandung. Ketika hidup harus menumpang dengan teman sekampung, berbagi sarapan, harus rela mengetik larut malam karena harus menunggu empunnya komputer tidur duluan, juga perjuangannya berjualan sana kemari, mengajar privat demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di saat-saat sulit itu, Alif menyadar bahwa kesungguhan saja tidak cukup untuk melawan kerasnya hidup. Ada faktor lain yag juga teramat penting. Dan keluarlah mantra itu; sabar. Bersabarlah, maka kau akan beruntung. Bersabarlah, kau akan menuju kemenangan. Bersabarlah, Tuhan pasti bersamamu.
Jika boleh diambil perbandingan, dari segi cerita novel kedua anak Maninjau ini hampir mirip dengan Sang Pemimpi dan Edensor-nya Andrea Hirata. Tukang cerita ulung dari Belitong. Di sini, ketika mimpi-mimpi kita langitkan maka Langit pasti mendengar dan suatu waktu akan mengabulkannya. Untuk mereka yang bersungguh-sungguh dan bersabar. Ingat saat bersama sahibul menara, mereka menginterpretasikan awan senja di langit PM. Alif menginterpretasikan bahwa awan itu adalah Amerika, benua yang sangat ingin dijelajahinya.
Dan Tuhan benar-benar memeluk mimpi itu. Maka terbanglah Alif ke Yordania dan tentunya benua Indian; Amerika. Tepatnya di negeri maple; Kanada. Semua itu diraihnya juga-sekali lagi-berkat kesungguhan dan kessabaran yang berlipat-lipat. Dan kita akan dibawa Alif menjelajahi Quebec, Kanada. Sebuah provinsi yang unik di timur Kanada. Karena perbedaan budaya dan berbahasa Prancis, menjadikan Quebec ibarat sepotong Perancis di tengah Amerika. Dan disanalah Alif menjelajah. mempelajari keunggulan orang barat sambil memperkenalkan Indonesia dan tentunya Islam ke orang-orang Eropa.
Dan yang tak kalah menarik adalah gejolak jiwa muda si bocah kampung ini, apalagi kalau bukan: cinta anak remaja. Bagaimana dia menyimpan perasaan pada seorang gadis bening dan lincah. Bagaimana malunya dia untuk sekadar menyatakan suka, sampai penyesalan itu datang. Kita disuguhkan, bagaimana laki-laki seharusnya memperlakukan wanita dan bagaimana pandangan wanita tentang lelaki ideal yang akan menjad pendampingnya.
Overall, novel ini akan mengajak anda menyaruk lebih dalam dan menjelajahi 3 ranah yang berbeda warna itu. Memahami budayanya. Memahami sosiologi masyarakatnya. Menyusuri lekuk-lekuk eksotisnya. Mencari makna di setiap jengkalnya. Di sini kita makin disadarkan tentang persahabatan. Arti sahabat. Arti teman. Juga, yang tak kalah penting bagaimana besarnya peran orang tua dalam setiap kesuksesan yang diraih. Doa mereka dalam setiap sujudnya adalah faktor penting dari semua kesuksesan.
Rasanya tidak cukuplah catatan ini menceritakan semuanya. Saran saya, lekas beli dan langsung baca. Jangan minjam hhehhee....
Sampai jumpa di tanah impian masing-masing...